Senin, 20 Februari 2012

Problem Filosofis Suku Indian, Jerman dan Iran


Kisah 1 :

Pada suatu  hari di musim gugur, warga suku Indian di daerah konservasi bertanya kepada pemimpin nya yang baru apakah akan terjadi musim yang sangat dingin nanti nya. Sang pemimpin yang dibesarkan oleh dunia modern  belum pernah diajari mengenai ilmu kuno khas suku Indian tentang ramalan musim, sehingga ia tidak tau apakah musim dingin kali ini akan sangat dingin atau biasa saja. Demi amannya, ia menasehati seluruh anggota suku untuk mengumpulkan kayu bakar.

Lalu dengan alasan praktis tanpa diketahui ssiapapun, Ia menelpon Pusat Layanan Musim Nasional dan meteorolog yang menjawab telponnya mengatakan bahwa kemungkinan musim dingin akan cukup dingin. Sang Kepala Suku itu kembali memerintahkan seluruh suku untuk mengumpulkan kayu bakar lagi.
Beberapa minggu kemudian Ia kembali menelpon Pusat Layanan Musim Nasional dan bertanya lagi apakah musim dingin masih akan sangat dingin. Meteorolog mengatakan bahwa Musim dingin akan sangat dingin. Akhirnya Ia kembali memerintahkan seluruh suku untuk mengumpulkan lebih banyak kayu bakar sampai ke serpih-serpihnya.

Seminggu kemudian, sang Kepala Suku menelpon lagi petugas Meteorog itu. Akhirnya Meteorolog dengan tegas berkata, “Sekarang ini kami meramalkan akan terjadi musim dingin yang luar biasa dingin dan terjadi sepanjang waktu”.

“Bagaimana anda yakin?” Tanyanya.

Si Meteorolog menjawab, “karena Suku Indian mengumpulkan kayu secara gila-gilaan!”



Kisah 2 :

Profesor Immanuel Kant adalah orang yang memiliki rutinitas yang sama setiap harinya. Ia secara rutin berjalan-jalan di dalam kota  Königsberg setelah makan malam. Bahkan warga kota itu telah menyetel jam nya sesuai dengan waktu Jalan-jalan Kant. Rutinitas Kant itu telah membuat jalan yang dilalui Kant dikenal dengan nama Philosophen gang atau jalan filsuf.

Karena rutinitasnya tersebut, pengurus Katedral Königsberg menerapkan waktu jam menara gereja sesuai dengan pengamatannya nya terhadap waktu jalan-jalan harian Kant. Si pengurus berfikir bahwa dengan mengamati jalan-jalan harian Kant Ia akan memperoleh jam baku Jerman karna keyakinannya yang kuat pada ketepatan yang melekat pada Kant.

Namun sebaliknya, Kant menjadwalkan jalan-jalannya dengan jam menara gereja. Karena Kant berfikir bahwa dengan mengamati Jam Menara dia belajar mengenai waktu baku Jerman yang resmi karna pasti diatur sesuai dengan rotasi bumi.



Kisah 3 :

Beberapa peserta konferensi internasional sedang makan siang bersama di sebuah hotel bintang 5 di kota Tehran. Di tengah kebersamaan itu salah satu peserta konferensi mengatakan tentang perjalanan Ziarah bersama ke makam Pemimpin Besar Imam Khomeini yang dijadwalkan panitia usai makan siang.

Selang beberapa menit, 2 Peserta meninggalkan meja makan sambil berkata bahwa saatnya menaiki bus yang akan membawa para peserta berziarah. 3 peserta lainnya yang terdiri dari 2 lelaki paruh baya dan seorang wanita muda terlihat masih santai menikmati makan siang nya.

Setelah beberapa saat, ketiganya turun ke Lobby hotel dan ternyata Bus yang membawa peserta konferensi ziarah telah meninggalkan Hotel. Seorang peserta wanita berkata, “Astaga! Kita ketinggalan Bus!”
Pria setengah baya yang menjawab, “Harusnya kamu segera menuju bus waktu 2 orang tadi pergi meninggalkan meja makan”.

“Lho? Memang bapak tidak ikut ziarah juga? Kok bapak masih makan siang disaat yang lain menuju bus?” Tanya wanita itu.

“Tidak, karena saya sudah sering kesana. Lalu kenapa  kamu tadi tidak ikut menuju bus kalau kamu ingin ziarah?” Tanya lelaki paruh baya yang lain. “Saya pikir kamu memang tidak berangkat ziarah, jadi kamu ngobrol sama kita.” Tambahnya.

“Karna saya pikir kita semua akan ziarah. Melihat bapak berdua masih santai makan, berarti saya masih bisa santai juga. Kenapa tidak bilang dari awal kalau memang tidak berminat ikut Ziarah? Saya terlanjur mengikuti jadwal bapak berdua. Saya kira bapak tau betul jadwal keberangkatan bus nya dan kita akan sama-sama menuju bus.”

“Lalu, Kenapa kamu tidak bertanya?”


)* 3 kisah ini mengalami perubahan dari versi aslinya sesuai dengan poin yang dimaksud penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Kamu?