Jumat, 16 Maret 2012

Belajar dari Logika Tukang Ojek Jakarta


Ini Logika tukang ojek Jakarta


1. Kita tidak hanya membayar jarak tempuh kita ke lokasi yang kita tuju, tapi juga jarak tempuh tukang ojek nya untuk kembali ke pangkalan.
2. Kebanyakan jalan di Jakarta harus berputar lumayan jauh untuk sampai ke tempat tujuan karna banyaknya verboden. Ongkos bertambah karena mereka selalu beralasan bahwa "muternya jauh neng..."
3. Bila macet dan hujan, ongkos juga akan bertambah mahal karena ojek merasa lebih punya selling point daripada taxi yang pastinya akan lebih terjebak kemacetan.

Siapa bilang sih ojek lebih 'sederhana' dari Taxi?

Guys, Untuk mencapai tujuan kita dengan ojek tidak semudah asal sampai pada tujuan kita. Tukang ojek memiliki perhitungan2 yang bahkan diluar ekspektasi kita dan itu bukan kebutuhan kita. Kita pikir dekat karena misal, gedung yang kita tuju bahkan terlihat dari tempat kita berdiri. Tapi tukang ojek selalu memiliki banyak alasan untuk membuatnya tampak jauh dengan ongkos yang semakin mahal.

Sama halnya dengan pernikahan. sering kita kira pernikahan itu hanya tentang dua orang yang saling mencintai lalu bisa dengan mudah menikah. Tapi ada hal-hal diluar kita yang mempengaruhi keputusan yang kita ambil. Bahkan seringkali kesulitan dan pertimbangannya diluar ekspektasi.

Ada hal-hal yang sebenarnya bukan tentang kita berdua, tapi justru pertimbangan diluar seperti apa. Kadang hanya 1 pihak yang menghitung dengan cermat bagaimana alur perjalanannya. Ini seperti tukang ojek itu. sedangkan pihak yang 1 nya lagi hanya tahu bahwa kita harus secepatnya sampai sehingga seringkali tidak ada "kesepakatan harga". Belum lagi tentang "banjir, macet, hujan" dalam hubungan yang membuat "kesepakatan harga" makin sulit dicapai. Tukang ojek yang selalu berfikir jalan kembali ke pangkalannya sama seperti kita yang selama ini berada di keluarga. Bagaimanapun kita harus kembali kepada keluarga kita masing-masing walaupun sebenarnya tujuan kita sudah tercapai.



Well, aku tidak sedang benar2 menyeluruh menganalogikan kerja tukang ojek yang pasti membutuhkan banyak penumpang untuk kelangsungan hidupnya. Aku hanya berbicara ketika si Tukang ojek ini hendak mengantarkan 1 penumpang ke tempat tujuannya. Dengan adanya asas saling membutuhkan, saling menguntungkan dan pastinya Kesepakatan harga.

Ada berbagai pertimbangan yang kita butuhkan dalam pernikahan. Keluarga, karir, intelektual pasangan, masa depan, kebiasaan2 pasangan yang butuh untuk ditoleransi, egoisme pribadi, rasionalitas dalam keputusan, pendidikan generasi di masa depan, materi, psikologis, pilihan jalan, agama dan banyak hal lain.

Sudahkah mencapai "Kesepakatan harga" untuk memulai perjalanan kita sampai ke Tujuan?


*Disclaimer
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menunjukkan sisi2 sulit untuk menikah, tapi hanya mengajak untuk berfikir lebih dalam tentang cinta dan pernikahan. Pertimbangan2 yang mesti dipikirkan. Sebenarnya, banyak yang telah membuktikan, pernikahan tidak sesulit teorinya. Just follow your rationality n also your heart, n keep on the right track. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Kamu?