Kamis, 29 November 2012

Kontroversi Euthanasia dalam Etika Islam*


Menurut istilah kedokteran Euthanasia berarti tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami seseorang yang akan meninggal diperingan atau mempercepat kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang kemaatiannya. Salah satu jalan untuk melakukan tindakan medis Euthanasia adalah lewat jalur suntikan. Sedangkan Euthanasia secara bahasa berasal dari bahasa yunani “eu” yang berarti baik, dan thanatos yang berarti kematian. Dalam bahasa arab dikenal dengan istilah qatlu ar-rahma atau tasyir al-maut.

Beberapa pendapat mengatakan bahwa Euthanasia adalah solusi terbaik yang dapat diberikan pada pasien untuk meringankan beban dari penyakit yang tidak dapat di sembuhkan oleh dokter atau digunakan pada pasien yang tidak memiliki harapan hidup lagi. Namun hal ini menjadi kontroversi tersendiri karena ada yang menyebut juga bahwa Euthanasia termasuk pembunuhan berencana yang ilegal.

Kontroversi mengenai Euthanasia ini tidak hanya terjadi di negara teokrasi yang mempertimbangkan dalil-dalil dari kitab suci, namun juga menjadi polemik di negara-negara yang sekuler dan negara non agama yang mempertimbangkan sisi humanisme dan etika sosial pada umumnya. Sehingga tiap negara memiliki aturan tersendiri mengenai Euthanasia. Negara yang melegalkan Euthanasia adalah Belanda, Swiss, Belgia, dan beberapa negara bagian Amerika seperti Oregon. Beberapa negara seperti Jepang dan Korea bahkan tidak menerapkan hukum tersebut secara tegas. Indonesia, Sebagian besar negara bagian Amerika, China, Inggris, dan India adalah negara yang melarang tindakan Euthanasia dan dengan tegas menganggapnya ilegal secara undang-undang.

Contoh kasus kontroversi tentang Euthanasia yang baru saja terjadi adalah kasus Tony Nicklinson. Ia adalah seorang warga negara Inggris yang pada bulan September lalu berbicara pada media mengenai hak nya untuk mati lewat jalur Euthanasia. Sebenarnya Tony tidak dalam keadaan tidak berdaya. Hanya saja, stroke yang menyerangnya 6 tahun lalu telah melumpuhkannya. Sekarang Ia hanya dapat mengontrol matanya dan dengan kesadaran diri dan tidak dapat memaksimalkan fungsi otaknya untuk dapat memberikan perintah pada anggota badannya yang lain untuk bergerak. Ia dapat berkomunikasi dengan Istrinya, Jane Nicklinson lewat sebuah papan yang berisi kata-kata, kemudian Tony akan mengoreksi deretan kata-kata tersebut lewat lirikan mata. Lewat cara itulah, Tony mengemukakan hak nya untuk mati dengan cara yang dipilihnya sendiri karena dokter telah megatakan bahwa tidak ada lagi harapan baginya untuk sembuh. Sehingga Euthanasia dianggap sebagai solusi dari semua penderitaan fisik yang di derita olehnya. Namun hukum pemerintahan yang berlaku di sana belum melegalkan Euthanasia.

Dalam kasus Tony Nicklinson diatas, sekalipun Inggris adalah negara barat sekuler, permintaan Euthanasia tidak serta merta diberikan begitu saja. Ada pertimbangan-pertimbangan lain di sisi hukum, kemanusiaan, kesehatan dan beberapa orang yang mengikuti perkembangan kasus tersebut juga mempertimbangkan sisi agama. Sampai sekarang, Tony masih memperjuangkan keyakinannya bahwa Euthanasia adalah jalan terbaik yang dapat Ia tempuh untuk mengurangi beban rasa sakit yang Ia rasakan dan beban bagi keluarga yang telah susah payah merawatnya saat sakit.

Di dalam negara yang tidak sekuler seperti Iran dan beberapa negara Arab seperti Arab saudi, mesir dan sekitarnya, Euthanasia hukumnya haram karena dianggap sebagai tindakan pembunuhan. Ada sebuah penelitian yang ditulis dalam sebuah jurnal kesehatan oleh dua orang peneliti bernama  Kiarash Aramesh and Heydar Shadi dari Medical Ethics and History of Medicine Research Center, Medical Sciences dan diterbitkan oleh University of Tehran, Iran. Mereka mengatakan bahwa Euthanasia tidak dapat dibenarkan secara hukum dan agama karena berarti sama dengan pembunuhan.

Pertimbangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertimbangan dari sisi Al Quran sebagai sumber dari segala hukum Islam, Fatwa Ulama, dan Kode Etik Islam dalam dunia kesehatan.

Dalam surat Al Isra ayat 33 Allah berfirman “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar.”

Surat al Maidah ayat 32, “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain , atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.”

Ayat-ayat tentang larangan pembunuhan ini menjadi dasar hukum awal mengapa Euthanasia dilarang dan hukumnya haram.

Sedangkan dari sisi Fatwa, ulama besar Ahlussunsah (beberapa orang menyebutnya wahabi) dari Saudi Arabia Shaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dan Sheikh Bin Baz mengatakan bahwa menghilangkan nyawa seseorang sebelum dia benar-benar mati tidak dapat dibenarkan dalam keadaan apapun. Tidak ada yang berhak mengambil sebuah nyawa manusia selain Allah.

Syekh Yusuf Al Qordowi, Ulama Mesir menyatakan bahwa Euthanasia tidak dapat dibenarkan. Namun menghentikan pengobatan medis karena tidak ada lagi harapan untuk hidup dapat dibenarkan. Sedangkan Dr, Muzammi Siddiqi dari Amerika Utara mengatakan bahwa apabila pasien sudah sangat parah dan tidak ada harapan hidup lagi, alangkah tidak bijak apabila seorang dokter memberikan tindakan Euthanasia. Tapi biarlah pasien tersebut meninggal secara alami.

Dari sisi Fatwa hukum mazhab Syiah, Ayatullah Ali Khamenei dan Ayatullah Nuri Hamedani memfatwakan bahwa Euthanasia dengan alasan apapun adalah haram dan tidak dapat dibenarkan.

Euthanasia di sisi kedokteran sudah diperbincangkan dunia sejak dahulu kala dan menjadi kontroversi dimana-mana karena berkaitan dengan masalah etika, hukum sosial dan pandangan agama. Misalnya dalam Deklarasi Lisabon Kuwait tahun 1981, Euthanasia secara kemanusiaan tidak dapat di benarkan. Dokter tidak mudah melakukannya karena di satu sisi para dokter di tuntut untuk meringankan beban pasien. Selain itu, kode etik kedokteran juga melarang seorang dokter untuk menghilangkan nyawa pasien.

Dari semua pertimbangan diatas, Euthanasia secara etika hukumnya haram atau tidak sesuai dengan etika Islam. Apabila pasien sudah sangat parah tanpa harapan hidup, menghabiskan biaya dan tenaga keluarga, maka mungkin jalur yang di tempuh sebagai solusi adalah menghentikan tindakan medis dan membiarkan pasien meninggal secara alami. Bukan di percepat kematiannya. Namun terlebih dahulu, dokter harus memaksimalkan tindakan pengobatan terlebih dahulu dan lewat kesepakatan dengan keluarga pasien. Hal ini ditempuh agar tidak ada yang merasa dirugikan dengan keputusan yang diambil. 

)* Di presentasikan dalam Mata Kuliah Etika Islam tanggal 29 November 2012.
Dosen : Aan Rukmana

Rabu, 28 November 2012

Bahkan, Aku Tidak Bisa Memeluknya Lagi

Minggu ini adalah minggu ketujuh Ibuku di rumah sakit. Seperti yang pernah aku ceritakan di Facebook,  Ibu dan Bapakku kecelakaan motor di daerah Ungaran. Motor yang disetir bapak di dahului oleh truk gandeng kosong yang melintas cepat dan akhirnya terjadilah kecelakaan itu. Bapak lecet dan jatuh bersama motor. Ibuku jatuh dan berpegangan di belakang truk sampai kakinya terseret sejauh 10 meter. Betis kanan terluka parah karena bergesekan langsung dengan aspal sampai hampir tergilas ban. Tulang pinggul juga bergeser.

Ibuku di bawa ke Rumah sakit K*n S*ras. Di operasi, pasang pen dan tindakan medis lain yang aku tidak paham. Yang aku tahu, betis kanan ibu sudah penuh darah dengan perban yang sangat tebal sampai darah merembes ke kasurnya. Terlihat jelas wajah pucat dan ekspresi kesakitan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

Aku yang dini hari baru sampai di RS tidak tega melihatnya sepucat itu. Wajah Ibu selama ini selalu segar dengan berbagai perawatan rutin yang semua dilakukannya secara telaten di rumah. Setidaknya, Ibu tidak pernah melewatkan hari tanpa merawat diri. Akhirnya, aku mendandaninya dengan eye shadow, bedak, lipstik dan blush on agar wajahnya segar kembali. Sayang, dokter melarang itu. Karena dokter jadi tidak tahu apakah wajah ibuku pucat atau tidak. Ibuku banyak kehilangan darah. Karena, kalau Ibu pucat berarti Ibuku butuh transfusi darah lagi. Aku terpaksa harus menghapus make up nya.


Setelah 4 hari di K*n S*ras dengan biaya fantastis itu, Ibu dirujuk ke RS Orthope*i Solo. Tindakan medis dari RS sebelumnya di revisi oleh dokter di RS ini. Ekspresi kesakitan ibupun semakin bervariasi. Mulai dari meringis, menggigit bibir, menangis lirih, menangis keras, menjerit, berteriak, mengerutkan dahi, bertawassul pada Ahlulbayt sambil tersengal-sengal dan banyak hal lain yang tidak berhasil aku rumuskan. Ibuku yang tangguh telah dikeroyok begitu saja oleh keterbatasan gerak, rasa sakit, infus, oksigen, transfusi darah dan selang aliran darah kotor di betis. Teringat ucapan beberapa orang di RS saat melihat Ibu, "Mbak, padahal Ibunya cantik, tapi bisa kecelakaan gitu ya." Bingung, bagaimana menanggapinya. Aku hanya menjawab, "Iya" tanpa sadar aku mengiyakan premis yang mana.

Kali ini, saat Ia lemah secara fisik dan psikologis, aku tidak dapat memeluknya lagi seperti dahulu. Semoga kesakitannya adalah jalan-jalan kesabaran yang muaranya  menuju altar cintaNya.

Aku bahkan lupa, berapa kali Ibu harus dioperasi. Masih terngiang jelas saat dokter bilang, "Kemungkinan terburuk Ibu Aminah harus di amputasi, bila infeksinya semakin parah!" Saat itu juga, aku berlari dan menangis di depan rumah sakit, sendirian di sudut gelap yang tidak ingin dilihat siapapun. Sambil mencoba untuk memberitahu kakakku yang lainnya bahwa kemungkinan terburuk itu mungkin akan terjadi. Seorang Ustad yang sangat baik hatinya menelponku untuk bertanya tentang kabar ibuku. Pembicaraan singkat dengannya membuatku jadi lebih kuat. Bagaimanapun, hal-hal spiritual ampuh mematahkan keputusasaan kita tentang sesuatu yang kita cemaskan.

Masa ketakutan tentang amputasi kini sudah lewat. Ibuku, berkat doa kawan-kawan, berhasil melewatinya. Operasi pembersihan Infeksi sukses. Infeksi telah hilang seluruhnya. Alhamdulillah!

Kini Ibu berpindah ke RS lain untuk penanganan selanjutnya, yaitu pencangkokan kulit. Aku tidak ada di sampingnya kali ini. Harapan Ibu dari dulu adalah aku harus menyelesaikan kuliahku sesegera mungkin. Aku tidak bisa menggunakan alasan-alasan heroik untuk meninggalkan kelas perkuliahan demi ibuku. Aku ada di samping Ibuku atau aku ada di Jakarta dengan perkuliahanku, semua karena Ibu, demi Ibu. Tapi aku lebih memilih hal yang menyenangkan Ibu lebih banyak. Yaitu, kuliah dan tetap survive dengan segala keadaannya.

Selalu terdengar, rintih kesakitannya lewat telepon sambil menanyakan, apakah aku sudah makan atau belum, apakah aku punya uang atau tidak, apakah ada masalah atau tidak. Bahkan Ibu sempat meminta maaf karena Ibu berpikir, Ia tidak dapat membantu apapun untukku. Padahal, aku masih bertahan disini dengan segala kondisi yang ada karena doa-doa Ibu yang telah jadi kekuatan tersendiri sehingga bisa melancarkan segalanya.

Ada masa ketika aku sangat berputus asa, tapi bangkit lagi karena menyadari Orang yang aku cintai, Sahabatku, Ustadku, dan teman-teman di Facebook mengirimkan dukungan dan doanya padaku dan pada Ibu untuk kesembuhannya. Ada masa ketika aku begitu gamang dengan apa yang harus aku lakukan bila kondisi terus begini. Bagaimana kalau adik-adikku juga down menghadapi ini? Ada kondisi dimana aku tahu bahwa aku tidak boleh berkutat pada kesedihan, tapi aku tidak tahu caranya untuk "hidup" lagi.

"Kamu itu cewek kuat yu... Sebenarnya kamu tidak perlu siapapun buat bisa maju terus. Kamu cuma perlu keyakinan pada dirimu sendiri kalau kamu bisa menghadapi masalahmu." Kata orang spesial dalam hidupku. Mendengar itu, aku tidak jadi menceritakan apapun padanya, tidak jadi mengatakan jutaan keluhan tentang hidupku lagi. Aku hanya perlu membangkitkan kesadaran bahwa aku tidak tercipta untuk berkutat terus menerus dalam kesedihan sampai air mata memburamkan langkahku dan aku jadi tidak melihat apapun. Aku rasa, aku tidak punya alasan lagi untuk tidak membenarkan kata-katanya dan mewujudkan itu sebagai diriku yang sebenarnya. Mendadak, aku jadi malu pada diriku sendiri untuk mengeluh pada orang lain. Aku malu pernah sempat putus asa. Aku tahu kesedihan ku tidak sebesar kesedihan keluarga suci Nabi SAW, tapi aku tetap saja bersedih atas kesusahanku. Aku tidak ingin kesadaran atas potensi kekuatan diri menguap begitu saja di hantam duka.

Ibuku, mungkin masih akan melalui operasi lagi dan masih dirawat. Kakakku Himma menjaganya selama Ibu di RS. Bapakku kini bisa mengunjungi Ibuku setiap hari. Adikku Mahdi dan Tarel juga di sana. Kakak Pertamaku, mbak Indah dan kakak Iparku Mas Kist melakukan apapun untuk menstabilkan segalanya lagi. Mbak Umu yang baru saja menghadirkan malaikat kecil dalam keluarga besar kami tak henti memberikan dukungan jarak jauh lewat doa-doanya. Ruhi adikku yang terkecil dan 2 Keponakanku yang lainnya selalu menghibur kami dengan kepolosan mereka merespon kabar-kabar kecil dari Ibu lewat telepon.

Segala hal sederhana yang terjadi jadi tampak indah walau Kami semua secara fisik belum dapat memeluk Ibu lagi. Tuhan telah menyayangi Ibuku hingga hanya DIA yang dapat mendekapnya dalam lautan kasih sayangNya di tengah kami. Orang bilang, kerlip indah bintang-bintang hanya akan terlihat jika segalanya gelap. Aku rasa, kami  semua disini, sedang melewati masa-masa menjadi kerlip kecil di gelapnya semesta. Setidaknya, aku dan saudaraku yang lain harus terus berpijar hingga jutaan tahun cahaya. Ibu, kami semua berdoa untuk kesembuhanmu. Ukirlah senyummu hingga rasa sakit malu padamu. Kami Mencintaimu.

Jakarta, 28 November 2012
Pukul 6.29 menjelang kuliah pagi.

Rabu, 21 November 2012

Tanggapan Terhadap Berita Pedoman News Tentang Agama Mayoritas Palestina



Ada yang aneh di berita Pedoman News ini yang membuat saya tergelitik untuk melihat lebih jauh kedalaman beritanya. Saya pribadi cukup skeptis menyimak statement dari dubes Palestina untuk Indonesia yang dimuat di Pedoman News ini. Dia bilang, “Di Palestina 50% penduduknya beragama Yahudi dan sisanya beragama Kristen dan Muslim yang berada di daerah Tepi Barat dan Yerusalem.”

Mungkinkah ini kesalahan Pedoman news dalam mengutip atau kekhilafan dari Kedubesnya? Karena statement itu bisa jadi blunder di tengah dukungan kepada Palestina saat ini. 

Setahu saya, sebagian besar penduduk Palestina adalah Muslim Sunni. bisa cek di berbagai situs spt http://bit.ly/WudXpU | http://bit.ly/UfCH1 | http://1.usa.gov/Te6LMs | http://bit.ly/WipBQ3

Kenyataan salah tersebut, ditambah parah dengan statement dengan sumber yang sama “Saya bingung dan heran dengan isu dan teriakan “Allahu Akbar” dari orang-orang terhadap yang terjadi antara Palestina dan Israel padahal mereka tidak tahu apa-apa dan tidak ada peran sama sekali untuk membantu kami, nol besar,” 

Jika sebagian besar Penduduk Palestina adalah Islam Sunni, Pejuang Palestina (HAMAS) juga Islam Sunni. Maka, wajar apabila anggapan bahwa hujan peluru di jalur Gaza itu adalah antara Israel Zionist melawan tentara atau negara Islam. Dan sangat wajar jika akhirnya, ada teriakan "Allahuakbar" di tengah Demo pro Palestina terutama dari barisan demo Muslim seluruh dunia. 

Bagi saya, tidak ada masalah apabila memang Solidaritas yang dibangun berdasarkan nilai agama. Karena Agama erat hubungannya dengan nilai kemanusiaan. Ya Karena Palestina Mayoritas Islam, maka Negara Islam harus membantu. Misal, seperti bantuan yang diberikan Iran kepada Palestina. Sebagai Republik Islam berpenduduk mayoritas Islam Syiah, Iran lah yang membantu persenjataan Hamas. Kata Juru Bicara Luar Negeri Iran "Ini merupakan kewajiban semua negara Islam untuk mendukung bangsa tertindas Palestina ketika rezim Zionis Israel menebar kejahatan dengan berbagai senjata yang dimilikinya." http://bit.ly/Q8BeLe. 

Nah... Ngomong-ngomong tentang negara berpenduduk Islam mayoritas, kita mesti bertanya, kemana Arab Saudi? Apakah Arab Saudi tidak melihat keterkaitan antara Pembelaan Palestina dengan kesamaan paham agama? 

Memang, bumi Palestina tidak hanya milik Islam. Masih ada Nasrani dan Yahudi di sana selain Islam. Sehingga seharusnya kita tidak bicara agama Islam melulu bila menyangkut pembelaan terhadap Palestina. Bila kita bicara tentang pembelaan terhadap Palestina, kita juga perlu menebar simpati pada saudara-saudara Nasrani dan Yahudi yang juga jadi korban di sana. Sangat disayangkan juga sih, sampai sekarang belum ada Media yang mengangkat tentang kelompok Nasrani dan Yahudi Palestina bergabung dengan Hamas untuk angkat senjata. Atau memang jangan-jangan memang belum ada gerakannya sehingga memang harus Hamas yang maju di front terdepan? Sehingga membuat unsur Keislaman di Palestina semakin kuat. Yang jelas, Konfliknya di Palestina sana bukan konflik agama. Ada kepentingan politik yang kompleks juga di dalamnya.

Setidaknya, Jika kita punya agama, maka kita harus membawa misi kemanusiaan dimanapun, kapanpun dan untuk siapapun. Jika kita tidak punya agama, setidaknya junjunglah nilai-nilai universal kemanusiaan. Jadilah seperti Corrie yang rela mati demi pembelaannya pada Palestina. Bergabunglah juga dengan penduduk Jepang, Perancis, Inggris dan negara lain yang berdemo menyuarakan dukungannya pada Palestina walau berbeda agama. 

Setiap negara memang memiliki masalah interen nya masing-masing. Tapi kita tidak boleh apatis terhadap kejahatan Internasional pihak Zionist Israel terhadap Palestina. Bisa jadi kejahatan terorganisasi Israel yang di dukung penuh oleh Amerika ini menimpa negara lainnya. Termasuk ke Indonesia. Mari kita memanusiakan manusia. #FREEPALESTINE

--

Pedoman News harus benar-benar bertanggung jawab terhadap dimuatnya berita ini : http://bit.ly/QsR4BW

Kamis, 08 November 2012

How Stupid I am #Love

How stupid I am...
Aku mencintaimu lebih dari yang aku rencanakan sebelumnya. Lebih dalam... Lebih dalam lagi hingga aku sadari bahwa aku sudah ada di sudut tergelap,hingga tak dapat melihat apapun.

How stupid I am...
Aku menyapamu lagi lebih dahulu. Bukankah sebelumnya aku berjanji pada diriku sendiri untuk mengacuhkanmu setelah kejadian itu? Aku terlalu ingin cepat dalam kondisi, “Everything, is gonna be oke” atau “I’m Oke with or without You” atau “So, lets be a friends again” padahal aku tidak benar-benar yakin bagaimana pandanganmu terhadap ku setelah kejadian itu. Apakah kamu sementara ini ingin menghindar? Apakah kamu benar-benar ingin semuanya normal? Apakah Kita benar-benar akan jadi teman lagi? Apakah Kamu masih kikuk bertemu dengan ku? Aduh, aku tidak tahu bagaimana keadaanmu sekarang. Atau aku yang terlalu mencemaskan keadaanmu? Padahal kamu belum tentu benar-benar memikirkannya, barangkali hanya kekhawatiranku saja. 

Aku ingin bertanya padamu bagaimana rasanya berinteraksi denganku lagi? Apakah kamu kikuk? Apakah biasa saja? Tapi bertanya seperti itu sama saja bunuh diri karena kamu pasti akan berfikir bahwa aku masih terlalu memikirkanmu. Aku tahu bahwa aku memang masih terlalu banyak memikirkanmu, tapi tolong, berpura-puralah untuk tidak tahu karena itu sungguh memalukan. Karena hanya aku yang merasa. Bukan kita berdua.

How stupid I am
Aku tahu bahwa hari ini kita akan bertemu. Aku memakai baju yang sama seperti saat kita pergi bersama dulu. Kamu bilang aku cantik dengan baju itu. Mengingat itu, aku melangkah dengan gembira seolah ada pegas di kakiku yang mengajakku untuk melawan gaya gravitasi yang tidak bertanggung jawab tentang hatiku yang jatuh padamu. Ini sungguhan! Aku  memang merasa seperti itu hanya karena kita akan bertemu hari ini.

Saat beberapa menit beranjak dari rumah, aku menyadari bahwa keadaan kita sekarang sudah berbeda. Aku tidak perlu lagi cantik di depan mu dengan baju ini. Akhirnya aku memasuki kamarku lagi dan berganti baju hanya karena aku tidak mau kamu berfikir aku masih berusaha tampil cantik di depanmu untuk menarik perhatianmu. Setelah aku mengganti kostumku, aku menyadari satu hal, mengganti kostum atau tidak itu sama saja. Alasannya satu. Kamu!

How stupid I am
Aku ingin kau berbicara sesuatu setelah perpisahan yang menyesakkan ini. Tapi aku takut bila sesuatu itu malah jadi menyakitkan hati. Sehingga aku berfikir bahwa, tidak perlu berbicara apa-apa. itu baik untuk kita. Karena menyadari bahwa kita tidak bisa bersama lagi itu sudah cukup menyakitkan.

How stupid I am
Aku menulis sesuatu di twitter tentang mu. Berharap kau membacanya dan tahu isi hatiku. Tapi di sisi lain aku terlalu malu kalau kau merasa bahwa tulisan itu memang tentang mu. Tanpa meremehkan kecerdasanmu, aku hanya berharap semoga kau tidak merasa bahwa itu memang tentang mu.

How stupid I am
Aku tidak tahan untuk tidak melirikmu siang ini. Tolong balas lirik aku juga, supaya aku tidak terlalu merasa menderita sendirian dengan rasa kagum sepihak padamu Liriklah aku walau itu secara diam-diam... Walau aku tidak tahu...

How stupid I am
Aku bilang padamu kemarin, “Aku kayaknya sakit, kepalaku pusing...” tanpa mempertimbangkan bahwa mungkin kau tidak peduli lagi. Atau bukan tugasmu lagi untuk membuatku merasa tenang saat sakit. Itu sama saja aku berusaha untuk menarik perhatianmu lagi kan? Huh... Aku juga tidak tahu mengapa kamu adalah orang pertama yang aku beritahu bahwa aku sedang sakit.

How stupid I am
Aku menertawakanmu atas kepolosanmu. Mungkin bagi orang lain, ketidaktahuanmu tentang itu adalah hal bodoh, tapi bagiku menggemaskan. Ingatlah satu hal bahwa segala tentangmu itu menyenangkan. Termasuk ketidaktahuanmu tentang sesuatu yang sederhana. Tapi pasti kamu sudah terlanjur mengira bahwa aku sedang menertawakan kebodohanmu. Maaf...

How stupid I am
Aku mencari namamu di google! Hanya karena merindukanmu dan ingin tahu apa yang sekarang ini sedang kau lakukan. Harusnya aku sudah tidak memikirkanmu lagi kan? Lagipula, hal-hal tentangmu yang seperti itu tidak ada di google.

How stupid I am
Aku berusaha membuat mu cemburu. Padahal belum tentu kau peduli. Padahal bisa saja itu membuatmu semakin yakin untuk terus melangkah pergi.

How stupid I am
Aku tahu bahwa aku bisa membantumu waktu itu. Tapi aku diam saja. Hanya karena aku tidak mau dianggap bahwa aku sedang membantumu melakukan sesuatu hanya untuk mencuri perhatianmu lagi. Padahal dengan diam nya aku, bisa saja membuatmu berfikir bahwa mungkin aku menghindar darimu atau mungkin sekarang aku membencimu.

How stupid I am
Aku berbincang dengan orang lain yang mungkin bisa menggantikan posisi yang kau tinggalkan dulu. Tapi aku menyadari bahwa untuk berpindah, kita tidak perlu membandingkan. Karena segala sesuatunya memang berbeda, kau sempurna dengan dirimu, dengan caramu, dan dengan berperan sebagai dirimu sepenuhnya. Begitupun orang lain.

How Stupid I am
Sampai detik ini, aku masih berfikir bahwa ada urusan yang belum selesai diantara kita. Aku berharap kamu berfikir hal yang sama. Tapi kamu tidak pernah berkata apa-apa lagi.

Masih, 20121108

Selasa, 06 November 2012

40 Cara Keren Pakai Scraft/ Syal

Cara Gokil Pakai Scraft.




Beneran keren kan?

Kamis, 01 November 2012

Si Eksistensialis Melankolis itu bernama Kierkegaard

Masalah eksistensi adalah hal yang dibahas dalam filsafat modern. Tokoh utama disini yang tidak boleh dilupakan adalah  Soren Aabye Kierkegaard,  seorang denmark yang melankolis. Perjalanan hidup nya yang dramatis turut menentukan bentuk filsafat nya.

Ia lahir di sebuah keluarga yang religius dan hidup dengan penyesalan masa lalu ayahnya.  Ayahnya meyakini bahwa ia telah dikutuk dari awal oleh Tuhan. Karena anaknya lahir 5 bulan setelah pernikahan dan sebagian besar anaknya meninggal di usia yang belum dewasa.  Kemudian istri nya juga meninggal di waktu yang beruntun.

Kierkegaard menjadi harapan ayahnya agar dapat mengubah kesialan keluarga. Salah satu cara supaya dapat melenyapkan kesialan itu adalah dengan kembali pada nilai-nilai agama yang religius. Atas permintaan ayahnya ia mempelajari teologi di universitas.

Walau belajar teologi di universitas,  Kiergaard yang cerdas justru mempelajari juga filsafat dan seni. Ia tahu bahwa mempelajari filsafat lebih menarik daripada teologi. Akhirnya setelah kematian ayahnya, ia meninggalkan teologi dan berkonsentrasi di filsafat.

Perjalanan hidup yang turut memengaruhi cara berfilsafat nya adalah saat pertunangannya dengan Regina Olsen.  Ia sangat mencintai Regina dan begitupun sebaliknya. Orang-orang berfikir juga bahwa mereka adalah pasangan yang sempurna.

Namun di tengah perjalanan cintanya tersebut, kierkegaard malah memutuskan hubungan perjuangannya dengan gadis yang sudah dikenal nya saat si gadis berusia 14 tahun. Regina yang saat itu berusia 18 tahun patah hati dan mempertanyakan keputusan sepihak Kierkegaard yang begitu saja memutuskan pertunangan. Sampai-sampai ayah Regina juga memohon pada Kierkegaard untuk membatalkan keputusannya. namun kierkegaard tetap kukuh dengan keputusannya.

Menurut Kierkegaard, dalam sebuah pernikahan harus ada kejujuran dan  Antara suami istri. Namun Kierkegaard memiliki beberapa hal yang tidak dapat Ia bagi dengan Regina. Selain itu, karena sangat mencintai Regina, maka Kierkegaard takut suatu hari nanti akan menyakiti Regina. Ia juga khawatir Regina terkena imbas dari kesialan yang selalu menghampiri nya. Sehingga Ia memutuskan untuk memutuskan hubungannya dengan Regina sekalipun Ia sangat mencintai gadis itu. 


Akhirnya ia membiarkan Regina menikah dengan orang lain, seorang pegawai negeri. Bahkan saat Regina sudah menikah dengan orang lain, Kierkegaard malah memohon kepada suami Retina agar diijinkan menjumpai Regina sebagai sahabat.  Tentu saja permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh suami Regina.  Karena itu lah Kierkegaard meminta maaf sepanjang hidupnya pada Regina lewat surat-surat dan karya sastranya, dan ia menjadi semakin melankolis.

Regina Olsen
Sifat melankolis ini sangat terkenal hingga Ia dijuluki orang Denmark yang melankolis.  Julukan ini sangat mengganggu nya sampai Ia berpikir untuk mengganti kewarganegaraan nya dengan menjadi warga Jerman. Namun Ia tidak jadi melakukan itu 

Tesis nya pun pernah menjadi perdebatan diantara profesor yang mengujinya karena lebih mirip sebuah karya sastra daripada karya ilmiah. Namun akhirnya bisa juga jadi sebuah Tesis Ilmiah dengan berbagai pertimbangan. 

Ya... Kira-kira begitu cerita tentang Kierkegaard. Aku bukan penganut Eksistensialisme Kierkegaard. Tapi menurut ku Kehidupan Kierkegaard sangat menarik karena melibatkan wanita. Jarang Filosof yang diungkapkan kisah cintanya sedetail Kierkegaard. Bahkan surat-surat cinta Kierkeegard pada Regina pun masih bisa di baca sampai sekarang.